
Minggu, 27 Juli 2008 19:42 WIB
JAKARTA--MI: Setelah 32 tahun, lukisan penyerangan Sultan Agung ke Batavia di Museum Sejarah Jakarta akhirnya dikonservasi atau diperbaiki. Selama ini lukisan tersebut hanya sekadar dibersihkan saja.
"Dari tahun 1974 tidak pernah ada konservasi yang mendasar, hanya kecil-kecilan saja," kata Kepala Museum Sejarah Jakarta, M R Manik, akhir pekan lalu.
Lukisan karya Sindudarsono Sudjojono pada tahun 1972-1973 itu berukuran 3x10 meter. Kerusakan yang diderita lukisan terbesar di Indonesia tersebut, terletak pada bagian sisi-sisi bingkai bawahnya.
Bagian dalam bingkai yang bersentuhan langsung dengan kanvas tampak membusuk. Akibatnya kanvas di sisi bawah banyak terdapat lubang-lubang akibat dimakan rayap. Selain rusak karena dimakan rayap, cat-cat lukisan itu sudah memudar bahkan di beberapa bagian tampak terkelupas.
"Akibat terkena debu dan kondisi cuaca, kanvas menjadi lengket dengan bingkai yang menyebabkan lukisan menjadi rusak," ujar Manik. Menurutnya kondisi cuaca yang dipengaruhi cuaca pantai menyebabkan dinding di sekitar lukisan menjadi lembab. Padahal lukisan yang merupakan pesanan langsung dari Ali Sadikin itu menempel secara permanen di dinding museum. Akibatnya beberapa bagian bingkai yang tidak terbuat dari kayu jati menjadi lekas busuk. Proses konservsi lukisan sebenarnya telah berlangsung sejak 2007 yang lalu. Pada saat itu prosesnya baru sampai tahap riset atau penelitian awal.
"Pada 2007 lalu yang dilakukan baru penelitan yang bertujuan untuk mengetahui cara yang tepat memperbaiki lukisan itu serta untuk mencari cat minyak yang cocok. Baru pada 2008 ini dilakukan perbaikan atau konservasi," papar Manik.
Pada awal Juli lalu, sudah mulai dilakukan proses pelepasan bingkai yang dilanjutkan pembersihan permukaan lukisan. Kemudian pada akhir Juli dilakukan perekatan kembali cat-cat yang terkelupas dan usaha memperbaiki kanvas yang sudah berlubang.
Manik menyebutkan, konservasi lukisan yang menceritakan pertempuran antara kerajaan Mataram dan Pasukan Belanda Batavia itu melibatkan dua ahli konservasi yang berasal dari Singapura (Lawrence Anthony dan asistennya).
Manik mengharapkan proyek konservasi lukisan yang didanai oleh Museum Tropen Belanda itu bisa mengembalikan warna asli lukisan. "Proses konservasi ini dijadwalkan akan selesai pada 27 Agustus nanti," katanya.
Sementara itu, Staf Koleksi Museum Fatahillah, Kasirun mengatakan, walau sedang dalam perbaikan, pengunjung diperbolehkan melihat-lihat lukisan yang ditempatkan pada salah satu ruangan di lantai pertama museum itu. Menurut Kasirun, hal itu dimaksudkan agar pengunjung bisa menyaksikan sendiri bagaimana pemeliharaan koleksi-koleksi bersejarah di museum.
Selain bisa menambah wawasan, teknik para ahli dalam memperbaiki lukisan dengan menggunakan peralatan khusus bisa menjadi aksi yang cukup menarik. "Kita sengaja mempersilahkan pengunjung melihat proses perbaikan, karena memang menarik. Apalagi Lawrence Anthony juga tidak keberatan," katanya. (Jui/OL-03.
Penulis : Intan Juita
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MTk0Mzk=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar