Senin, 24 November 2008
Rabab Pariaman Dalam Situasi Kritis
PADANG, KOMPAS--Kesenian rabab di daerah pesisir Sumatera Barat selain mengalami kemajuan pesat juga ada yang mundur dan berada dalam kondisi kritis. Jika di Kabupaten Pesisir Selatan kesenian rabab mengalami kemajuan pesat dan tukang rabab menjadi populer karena kaset-kaset mereka, di Kabupaten Padang Pariaman sebaliknya.
Kenyataan itu diungkapkan Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat, Drs Ivan Adilla MSi, dalam Seminar Sejarah dan Budaya Sumatera Barat yang bertema "Revitalisasi Budaya Masyarakat Pesisir", di Padang, Kamis (7/9). "Kesenian rabab yang semula diapresiasi secara luas, sejalan dengan luasnya perantauan orang-orang Pariaman, sejak tahun 1950-an mengalami penurunan yang drastis," katanya.
Rabab adalah kesenian yang menggunakan alat musik petik rebab, yang kehadirannya berkaitan erat dengan masuknya Islam di Nusantara. Rebab merupakan salah satu sumbangan penting kebudayaan Islam. Di Pesisir Selatan dan Pariaman, rebab atau rabab digunakan untuk mengiringi kaba dan dendang yang telah hidup sebelumnya dalam masyarakat.
Ivan yang juga dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas ini menjelaskan, kini tukang (pemain rabab) merupakan sesuatu yang langka. Hanya di beberapa daerah saja kini ditampilkan rabab pada acara helat perkawinan. Rabab Pariaman kini berada dalam situasi kritis, karena tidak banyak pelanjut tradisi ini.
Menurut Ivan, pengamatan terhadap aspek historis kesenian di Pesisir Minangkabau memperlihatkan kemampuan masyarakatnya mengolah alat dan jenis seni yang berasal dari luar menjadi kesenian baru yang khas. Pengaruh luar dimanfaatkan dengan mempertimbangkan identitas asal. Sebaliknya ia memperkaya identitas masyarakat tersebut.
"Masyarakat pesisir juga telah memperlihatkan kemampuan mereka untuk melahirkan jenis kesenian baru berdasarkan aneka unsur kesenian yang terdapat pada berbagai etnis pendukungnya," ungkapnya.
Dengan kenyataan seperti itu, menurut Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat itu, perlu dipertimbangkan adanya strategi untuk mengembangkan dan memanfaatkan kesenian untuk kepentingan antaretnis. Kesenian dapat menjadi wadah yang efektif untuk membauran dan dialog, sebagai usaha mengimbangi globalisasi.
sumber: http://www2.kompas.com/ver1/Hiburan/0609/07/105948.htm
Realitas dan Mitos Sumpah Pemuda
sumber: Padang Ekspres, Selasa, 30-Oktober-2007, 10:09:40
oleh : Suryadi, Dosen Universitas Leiden, Belanda
Begitu tanggal 28 Oktober menjelang tiap tahun, bertebaran opini di koran-koran kita mengenai Sumpah Pemuda. Para kolomnis, yang hidup telah begitu jauh dari zaman ketika Soempah Pemoeda itu lahir, mencantelkan sedikit kenangan buram mereka tentang peristiwa ‘heroik’ itu untuk kaum muda kita.
Bahwa ada tiga ikrar yang diucapkan tgl. 28 Oktober 1928 oleh para pemuda dengan semangat merdeka membaja, di Betawi, ibukota Hindia Belanda. Selebihnya adalah debat apakah Sumpah Pemuda itu masih relevan untuk Indonesia masa kini, khususnya kaum mudanya. Ada yang bilang masih, yang lain mengatakan sudah tidak. Mungkin ada baiknya menayangkan sedikit ‘film hitam-putih’ itu, untuk sekadar membangkitkan kenangan historis para pemuda kita hari ini, yang sehari-hari melahap menu MTV, McDonald, dan HP made in Jepang. Jangan sesali kalau banyak di antara mereka, yang sehari-harinya sudah main komputer, pasar saham, dan nonton piala Eropa, mengalami amnesia sejarah.Sumpah Pemuda itu memang dahsyat, konon. Beberapa intelektual Belanda pada waktu itu kagum, tapi juga ada yang menyindir: tak mungkin mereka akan dapat bersatu (semacam peringatan kepada kita kini). Tapi sebaiknya Sumpah Pemuda itu jangan terlalu dimitoskan juga.
Peristiwa itu hanyalah sebuah titik dalam garis sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu jelas banyak pemuda yang pintar, jenial, kritis, nasionalis, dan memikirkan masa depan bangsa dan tanah airnya. Tapi juga tak sedikit yang mbalelo, yang mati pucuk karena kemiskinan dan penjajahan, atau munafik menjadi kaki tangan penjajah. Persis seperti sekarang: ada pemuda yang juga pintar, brilian, kritis (walau sering dihambat oleh kekuasaan yang cenderung disetir oleh penua [kalau ada pemuda tentu ada penua]). Tapi juga ada yang suka miras, pesta sabu-sabu, yang otaknya hanya sampai pada mikirin hidup enak punya motor atau mobil, yang tak punya nyali untuk bertualang walau hanya dalam negaranya sendiri untuk menambah ilmu, mempelajari aneka budaya dan isi alam tanah airnya yang molek dan kaya ini.
Jadi, Sumpah Pemuda itu adalah kumpul-kumpul pemuda yang punya otak ‘urakan’ di akhir zaman penjajahan. Tapi ikrar yang tiga itu menggema jauh sampai ke masa kini. Mungkin ia lahir di zaman yang cocok, di mana kolonialisme memasuki senjakalanya. “Berhoeboeng dengan kabar congrés tsb. jang diadakan pada tanggal 27-28 Oct. jtl. di Betawi”, demikian tulis majalah Pandji Poestaka (No. 89, Tahoen XVI, 6 November1928, kolom ‘Kroniek’, hlm. 1501), “dikabarkan bahwa oleh congrés itoe diambil kepoetoesan seperti berikoet: Kami poetera Indonesia mengakoe: sama-sama bertoempah darah tanah Indonesia, berbangsa satoe, bangsa Indonesia, dan mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Kemoedian diharapkan soepaja perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia memperhatikan dasar persatoeannja, ja’ni: Kemaoean, sedjarah, bahasa, hoekoem, ‘adat, pendidikan dan pandoean”.Tapi majalah itu juga mengkritik. Dalam edisi No. 88 (Tahoen XVI, 2 November1928, hlm.1481) redaksinya menurunkan laporkan dengan sedikit cemeeh: “Bagi kami dalam kongrés itoe pemoeda-pemoeda tadi sedikit terlampau berpenting-penting. Dipandang seléwat ta’ ada bedanja dengan kongrés orang2 toea. Jang menghadirinja sebagian besar orang-orang toea poela, diantaranja dengan njonja, ada Lid2 [anggota; Suryadi] Volksraad; perspoen ada. Dimédja bestoer [pengurus; Suryadi] doedoek student-student pemimpin kongrés poela.
Kami melihat student-student berbitjara; bahkan jang berbitjara ada jang telah bergelar Mr. […]. Seandainja tidak ada anak-anak padvinder [pandu/pramuka; Suryadi] jang ketjil badannja dan moeda ‘oemoernja, tertjerai dikiri kanan kami, boléh djadi benar-benar kami merasa doedoek ditengah-tengah kongrés orang toea. Dalam programma kongrés antara lain terseboet, bahwa t[uan]. Kyai Hadjar Dewantoro (t. Soeardi Soerjaningrat) dari Djogja akan berpidato dari hal pendidikan. Beliau seorang goeroe (ondrwijsman) jang ada nama dan ada ‘oemoer dan ada pengalaman. Djadi patoet sekali berpidato dari hal pendidikan. Sajang beliau tidak bisa datang, karena beralangan. Maka hal pendidikan itoe laloe dibitjarakan sadja oleh pemoeda2 sendiri, jang rasanja masih lebih berpaédah seandainja pemoeda2 itoe mendengarkan pidato orang toea2 dan menghimpoenkan pengalaman2 daholoe.
Karena itoe maka kongrés itoe tampak sendikit terlampau perpenting-penting. Ada satoe hal jang menjebabkan kongrés itoe sepanjang rasa kami koerang lengkap. Ja’ni kami tidak melihat di sitoe sifat kepemoedaan. Tidak ada apa-apa jang meriangkan hati, pemoeda2 tidak tampak keratjakannya. Melainkan sekaliannja mengeroetkan dahi dan menjamboeng alis kiri dan kanan, mendengarkan pidato atau debat jang berat-berat. Voordracht [pidato; Suryadi], lazing [lezing/ceramah; Suryadi], toneel, kluchtspel (pertoendjoekan perintang-rintang hati), tidak ada. Sedang dalam kongrés perkoempoelan pemoeda2 itoe sendiri2, seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen dll., kelihatan meréka pandai djoega bersoeka-soeka. Poen student2 pemoeka kongrés ada jang toeroet pésta ontgroening [perpeloncoan Suryadi], dan biasanja student2 itoe tidak kepoetoesan djalan akan beriang-riang hati.
Tentang keriangan hati dalam kongrés pemoeda itoe soenji sekali. Barangkali satoe-satoenja jang melitjinkan keroet koelit dahi dan memoetoes perhoeboengan alis, hanjalah larangan polisi sadja.
Oleh polisi dilarng: tidak boléh dipakai perkataan: kemerdekaan. Kalau perkataan itoe dipakai, oléh polisi kongrés itoe dipandang kongrés politik, dan tidak boléh dikoendjoengi oléh orang-orang dibawah ‘oemoer 18 tahoen.Barangkali dikongrés pemoeda jang akan datang sifat kepemoedaan itoe akan lebih kelihatan.”
Menarik juga laporan Pandji Poestaka itu, terutama kalimat “Sedang dalam kongrés perkoempoelan pemoeda2 itoe sendiri2, seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen dll., kelihatan meréka pandai djoega bersoeka-soeka.” Artinya Kongres Pemuda yang pertama itu, yang melahirkan Sumpah Pemuda, berlangsung dalam suasana yang masih kaku.
Kohesi dan semangat kebersamaan di antara para peserta yang berasal berbagai organisasi pemuda itu – walau kenyataannya dihadiri oleh lebih banyak orang tua – belum kompak dan hangat. Jadi, dapat juga dimengerti mengapa sampai pada masa revolusi, kaum muda masih terbelah dalam beberapa faksi yang kadang saling bertentangan ideologi. Tapi setiap peristiwa sejarah yang menyebut nama kaum muda bergaung gemanya sampai jauh.‘Kaum Muda’ adalah kata yang ‘sakti’, oleh karenanya sering juga dimanipulasi oleh Kaum Tua. Sumpah Pemuda adalah salah satu contoh nyata. Gema ikrar yang tiga itu meluncur deras menggoyahkan sendi-sendi penjajahan Belanda di Indonesia yang oleh menteri jajahannya yang sombong, Colijn, diibaratkan “kuat seperti duduknya Mount Blanc di atas Pegunungan Alpen”. Menyusul Sumpah Pemuda itu Bahasa Melayu menjadi bumerang bagi penjajah Belanda.
Ia memperoleh nama baru: Bahasa Indonesia, mengakibatkan terjadinya ‘language violence’ terhadap Bahasa Belanda milik penjajah, yang bergengsi dan bernilai tinggi itu. Kaum nasionalis menyerukan agar dalam acara-acara resmi pemerintah wakil-wakil pribumi menyampaikan pidato dan pikirannya dalam Bahasa Indonesia. Wakil faksi nasionalis di Volksraad tak segan-segan lagi berpidato dalam Bahasa Indonesia, yang membuat orang-orang Belanda dalam Dewan itu merasa tersinggung, terhina, dan marah. Hal itu diikuti oleh anggota faksi nasionalis di beberapa dewan kota (antara lain Bogor, Semarang, Batavia, Padang, dan Medan) yang kebanyakan digerakkan oleh wakil-wakil Parindra (Partai Indonesia Raya).
Inilah momen penting pendemitefikasian keagungan Bahasa Belanda yang selama ratusan tahun akses untuk mempelajarinya oleh kaum pribumi dibatasi oleh penjajah. Bintang Bahasa Indonesia waktu itu bermunculan, termasuk wakil Minangkabau di Volksraad, Jahja Datoek Kajo, mantan demang Padang Panjang (Suryadi 2006). Pidatonya yang berapi-api dalam Bahasa Indonesia di Volksraad membuat wakil-wakil Belanda marah. Koran-koran pribumi memberinya gelar “Djago Bahasa Indonesia di Volksrad” (lihat Pedoman Masjarakat, 23 Februari 1938, hlm.160). Konsekuensinya: ia hanya menduduki jabatan satu periode di ‘Dewan Rakyat’ itu. Ia berhenti atau mungkin diberhentikan. Begitu juga Haji Agus Salim: ia berpidato dalam Bahasa Indonesia di sidang Volksraad, yang menyebabkan ketuanyanya ‘Tuan Bergemeyer” merah telinga (M. Hatta dalam Salam 1963:31-2).
Sumpah Pemuda, yang setiap tahun akan semakin menjauhi masa kini bangsa Indonesia, akan bermakna antara lain jika kaum muda negeri ini mengimplementasikan semangat nasionalisme Bahasa Indonesia dalam kehidupan mereka. Mereka boleh pintar berbahasa asing, tapi tetap mencintai bahasa nasionalnya. Jika mereka dapat mengutarakan pikiran dan ide, baik lisan maupun tulisan, dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, itu saja sudah menunjukkan bahwa Sumpah Pemuda masih cukup relevan dan berarti dalam kehidupan kaum muda Indonesia di zaman ini. Dirgahayu ke-79 Sumpah Pemuda: 28 Oktober 1928 – 28 Oktober 2007. (***)
Suryadi, Pengelana dari Pariaman (Ahli Filologi Minang Yang Berkarir di Leiden)
Kompas, Jumat, 17 Oktober 2008 (Rubrik Sosok)
Dia percaya pada takdir. Jalan hidupnya yang penuh onak dan duri diyakini bukanlah kebetulan. Ada semacam garis nasib yang membentang antara kampung halaman di pedalaman Pariaman, Sumatera Barat, hingga Leiden, Belanda, tempat ia bermukim sejak 10 tahun terakhir.
Suryadi memang tipikal perantau Minang. Ulet dan tahan banting. Hanya saja, sebagai perantau, ia tak menekuni sektor informal, sebagaimana profesi urang awak perantauan umumnya. Ia memilih jalur keilmuan melalui dunia akademik. Bidang yang ia tekuni pun tak terlalu umum: naskah-naskah lama!
Menjadi penelaah naskah dan buku klasik (bahasa kerennya filolog) memang bukan profesi yang bisa mengantarkannya menjadi selebritas, seperti fenomena para ”komentator” bidang ekonomi, politik, dan hukum di Tanah Air. Dari aspek ekonomi pun, profesi ini jauh dari menjanjikan kehidupan mewah dan berkecukupan.
Namun, di balik dunia yang sepi itu, ketika larut bersama naskah tua yang ia kaji di pojok perpustakaan di berbagai perguruan tinggi di Eropa, Suryadi mengaku menemukan ”dunia kecil”-nya itu justru luas membentang. Jalan kehidupan dia kian terbuka lebar.
”Ternyata saya tidak sendiri. Ada juga orang lain yang menyukai bidang ini, yang bisa menjadi teman dalam satu network keilmuan,” tuturnya.
Hasil penelitian yang ia publikasikan di sejumlah jurnal internasional banyak mendapat tanggapan. Kajiannya atas surat raja-raja Buton, Bima, Gowa, dan Minangkabau, misalnya, dimasukkan dalam satu proyek (Malay Concordance Project) yang berpusat di Australian National University, Camberra, Australia.
Berkat penelitiannya atas naskah-naskah lama itu pula ia kerap diundang menjadi pemakalah seminar di mancanegara. Suryadi bahkan dipercaya memimpin satu proyek pernaskahan yang didanai the British Library.
Kajian komprehensif atas Syair Lampung Karam—satu-satunya sumber pribumi tentang letusan Gunung Krakatau tahun 1883, yang diikuti gelombang tsunami dan memorak-porandakan wilayah sekitar Selat Sunda (Kompas, 12 September 2008)—hanya satu dari sekian banyak teks Melayu klasik yang sudah ia teliti.
Syair dalam tulisan Arab-Melayu alias Jawi itu kemudian ia transliterasikan ke teks beraksara Latin, sebelum dibandingkannya dengan pandangan para penulis asing (baca: Eropa).
Menggeluti naskah lama atau buku-buku klasik mengenai Nusantara ternyata memberi keasyikan tersendiri bagi Suryadi. Perpustakaan KITLV dan Universiteitsbibliotheek Leiden menjadi rumah kedua, tempat ia ”bersemedi”, intens menekuni ribuan naskah tentang Indonesia yang pada zaman kolonial diangkut ke negeri Belanda.
”Saya seperti menyelam ke masa lalu. Banyak hal menarik dari bangsa kita yang terekam dari naskah-naskah lama. Kadang, sewaktu membaca, saya tertawa sendiri,” ujarnya.
Honor seadanya
Tahun 1998 menjadi semacam titik balik bagi Suryadi. Sejak September 1998 ia menetap di Belanda, negeri tempat naskah-naskah lama tentang Nusantara menumpuk. Ia memulai bekerja sebagai pengajar di Universiteit Leiden untuk penutur asli bahasa Indonesia .
Jalan menuju ke Leiden penuh tikungan. Setelah menunggu tanpa kepastian sebagai asisten dosen di Universitas Indonesia (UI, 1994-1998), pada pertengahan 1998 lowongan (vacature) mengajar di Universiteit Leiden datang. Peluang itu langsung ia tangkap. Lamarannya diterima.
”Ini sebenarnya soal jalan hidup saja. Soal pilihan,” kata Suryadi terkait kepergiannya dari UI.
Menunggu tanpa kepastian—juga tanpa masa depan yang jelas—seperti dilakoninya semasa menjadi asisten dosen di UI, bukan hal baru. Sebelumnya, saat diajak Lukman Ali (alm)—dan didukung filolog senior Achadiati Ikram—untuk merintis pengembangan studi Bahasa dan Sastra Minangkabau di UI, Suryadi sudah tiga tahun diterima sebagai asisten dosen di almamaternya: Universitas Andalas (Unand) di Padang.
Seperti halnya saat meninggalkan UI, di Unand pun ia menunggu tanpa kepastian kapan diangkat menjadi dosen tetap. Tentang hal ini, ia hanya berkata, ”Konon, kata mereka, karena tak ada posisi. Tapi anehnya, yang belakangan lulus dari saya diangkat jadi dosen. Saya tidak tahu kenapa?”
Begitu pun di UI. Hidup di Jakarta dari honor sebagai asisten dosen tentu sulit dibayangkan. Di tahun terakhirnya di UI , ia menerima Rp 70.000-an sebulan. Ini pun jauh lebih baik mengingat pada tahun awal ia mendapat honor Rp 35.000 sebulan.
Untuk biaya kontrak rumah saja tak cukup. Menyiasati keadaan ini, Suryadi mendekati teman-teman sesama asisten dosen. Dengan semangat gotong royong ia bersama empat teman bisa menyewa rumah kontrakan di Gang Fatimah, Depok, Jawa Barat.
Bagaimana untuk hidup sehari-hari? ”Saya terpaksa mencari obyekan. Misalnya, selama beberapa tahun saya membantu Ibu Pudentia di Asosiasi Tradisi Lisan. Barangkali memang tidak ada suratan tangan saya menjadi pegawai negeri,” katanya.
Masa kecil
Hidup di tengah penderitaan bukan hal baru baginya. Terlahir sebagai anak petani kebanyakan di Nagari Sunur, Pariaman, sejak kecil Suryadi hidup hanya dengan ibunya, Syamsiar. Orangtuanya bercerai. Ibunya kawin lagi, tetapi perkawinan itu pun bubar setelah memberi Suryadi satu adik lelaki bernama Mulyadi.
Di tengah kondisi serba pas-pasan, ia menamatkan SD di Sunur (1977). Kesulitan hidup juga menyertainya saat di SMP Negeri 3 Pariaman di Kurai Taji (1981). Begitu pun ketika menyelesaikan pendidikan lanjutannya di SMA Negeri 2 Pariaman (1985).
Akibat kesulitan biaya hidup, setamat SMA Suryadi tak bisa langsung kuliah. Setahun ia menganggur, sebelum masuk Unand di Padang. ”Saya masih ingat, Ibu menjual cincin satu-satunya untuk membayar uang masuk kuliah saya.”
Selama kuliah, ia mondok di rumah saudara ibunya, Emi. Suami Emi, Duski Sirun—yang dipanggil Suryadi dengan sebutan Apak—punya beberapa toko kain di Pasar Raya Padang . Di sinilah Suryadi kerja, membantu Apak-nya sambil kuliah. Tak ada gaji, kecuali imbalan tinggal dan makan gratis di rumah sang Apak, serta dibayarkan uang kuliah.
Begitulah selama lima tahun ia kerja siang-malam, termasuk kuliah. Pagi sekitar pukul 05.00 ia bangun dan segera ke pasar untuk membuka toko. ”Kalau ada kuliah, saya ’lari’ ke kampus, lalu kembali ke toko. Malam hari, di tengah rasa capek, saya ulangi pelajaran. Kadang sampai larut, padahal pagi-pagi saya harus bangun dan ke pasar membuka toko,” ujarnya.
Hidup memang butuh perjuangan. Pengelanaannya hingga bermukim di Leiden , meretas tradisi pengajar tamu bagi penutur asli bahasa Indonesia di Leiden yang maksimal lima tahun, tetap saja membutuhkan perjuangan baru. Ia merasa seperti pengelana (wanderer) yang tak punya rumah tetap, tempat berdiam.
Tak ingin pulang? ”Pasti saya tidak selamanya di Leiden . Suatu saat saya dan keluarga tentu pulang ke Indonesia , atau mungkin pindah rantau ke negara lain. Biasanya seorang wanderer selamanya akan jadi wanderer,” tambahnya.
Itulah Suryadi. Berbeda dengan slogan seorang politisi masa kini bahwa hidup adalah perbuatan, ia masih dibelenggu masa lalu: hidup adalah perjuangan! Entah sampai kapan….
sumber: http://mersi.wordpress.com/2008/10/17/suryadi-pengelana-dari-pariaman-ahli-filologi-minang-yang-berkarir-di-leiden/
Alek Nagari Marunggi (Pariaman Folk Festival)
17 – 26 Juni 2007
Menyambut HUT Kota Pariaman ke 5
Kerjasama Masyarakat Nagari Marunggi dengan dukungan Pemda Kota Pariaman dan Aliansi Indonesia Festival (ALIF)
A. LATAR BELAKANG
Tradisi budaya dalam masyarakat Minangkabau, baik di daerah pedalaman maupun di pesisiran, umumnya ditopang oleh tradisi sosial yang berakar kuat di dalam masyarakat pendukungnya. Dapat dikatakan tradisi budaya, termasuk tradisi kesenian merupakan bagian yang integral dari suatu masyarakat, terutama yang hidup di daerah pedesaan atau nagari.
Menurut para ahli, seni tradisi merupakan wadah pengikat solidaritas sosial dan penyampai nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat pendukungnya, di samping menjadi media hiburan. Dengan demikian fungsi seni tradisi dalam masyarakat begitu penting, dan patut untuk diberikan perhatian oleh semua pihak.
Kota Pariaman sebagai Kota Pantai, yang terletak di pantai barat Sumatera, merupakan suatu wilayah budaya yang memiliki berbagai budaya dan seni tradisi yang unik. Dari daerah ini tumbuh tradisi kesenian seperti Ulu Ambek, Indang, Gandang Tambua, yang menjadi identitas budaya Pariaman.
Berbagai seni tradisi tersebut biasanya ditampilkan dalam acara Alek Nagari, yang merupakan sebuah institusi budaya yang sangat penting dalam masyarakat Minangkabau. Alek Nagari atau dapat juga disebut dengan Festival Rakyat (Folk Festival), merupakan simpul untuk masyarakat nagari (anak nagari) untuk menjalin silaturahmi budaya secara partisipatif dan berkelanjutan. Dalam konteks kebudayaan Minangkabau Alek Nagari, selain berfungsi sebagai jembatan silaturahmi, sekaligus juga berperan sebagai ruang ekspresi untuk mempertahankan dan mengembangkan spirit budaya yang mereka miliki.
Dengan alasan ini pulalah, Alek Nagari Marunggi kembali dirancang dan direvitalisasi, sebagai bagian dari upaya menghidupkan semangat dan tradisi budaya yang ada di Kota Pariaman.
B. TUJUAN
Alek Nagari Marunggi (Pariaman Folk Festival) secara umum bertujuan untuk:
Menampilkan berbagai keunikan budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Kota Pariaman, sebagai bagian yang penting dari budaya Indonesia.
Merevitalisasi kelembagaan budaya “Alek Nagari” yang pernah tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Nagari Marunggi kususnya dan Kota Pariaman umumnya.
Mengembangkan seni tradisi sebagai media pendidikan budaya dari berbagai generasi yang hidup di dalam masyarakat Pariaman, baik yang tinggal di kampung maupun di rantau.
Mengembangkan jaringan budaya antar masyarakat nagari (anak nagari) di Kota Pariaman.
Mendukung program Pemda Kota Pariaman dalam menggerakkan pariwisata budaya berbasiskan masyarakat.
C. PROGRAM
Kegiatan yang akan ditampilkan selama Alek Nagari Marunggi ini akan mempertunjukan berbagai kesenian anak nagari yang hidup di Kota Pariaman, antara lain:
Pertunjukan silat tradisional khas Pariaman Ulu Ambek
Pertunjukan Seni Bernuansa Islam, Baindang
Pertunjukan musik tradisional Pariaman, Gandang Tambua
Pertunjukan Silat antar perguruan Silat
Pertunjukan sastra tutur Minangkabau Pasambahan
Pertunjukan tradisi penyambutan Silat Galombang
D. JADWAL DAN TEMPAT
Alek Nagari Marunggi (Pariaman Folk Festival) dilaksanakan antara 17 Juni – 26 Juni 2007, bertempat di Desa Marunggi Kenagarian Sunua Kurai Taji, Kecamatan Pariaman Selatan. Kegiatan pertunjukan dilaksanakan siang malam sesuai dengan tradisi Alek Nagari yang tumbuh dan berkembang di Pariaman.
E. PESERTA
Peserta Alek Nagari Marunggi ini adalah berasal dari Nagari-nagari yang ada di Kota Pariaman, yang merupakan perwakilan komunitas budaya dari setiap nagari tersebut. Komunitas budaya (seni) yang terlibat dalam Alek Nagari Marunggi ini antara lain kelompok Silat Ulu Ambek, Kelompok Indang, Kelompok Silat, Kelompok Musik Gandang Tambua dan musik saluang dan dendang.
F. ORGANISASI PELAKSANA
Pensipnya Alek Nagari Marunggi dilaksanakan oleh masyarakat nagari setempat dengan dukungan Pemda Kota Pariaman, yang difasilitasi oleh Edy Utama dan Nursyam saleh. Masyarakat Nagari Marunggi pada dasarnya telah memiliki institusi Alek Nagari dan ruang budaya yang disebut sebagai Laga-Laga, namun dalam beberapa tahun belakangan ini tidak dilaksanakan lagi. Penyelenggaraan Alek Nagari Marunggi diharapkan akan dikelola secara mandiri oleh Anak Nagari Marunggi bersama pimpinan masyarakat yang ada di sana.
Kontak Person
Edy Utama
Perumahan Unand BIII/04/02
Ulu Gadut-Padang
Sumatra Barat-INDONESIA
Telp. 0751-73164 Fax 0751-35667
HP. 0811660108
Kamis 14 Juni 2007
Sumber: http://mantagisme.blogspot.com/2007/06/alek-nagari-marunggi-pariaman-folk.html
Link
-
-
-
What's new - Latest posts on blog-indonesia.com as of Wed, 06 Apr 2016 11:21:02 -0500. Apa Yang Dostoyevski Bicarakan Dalam Novel Pendeknya by: Arip Blog , 06.04.2016,...8 tahun yang lalu
-
Listen To This: Eyes On You! - This is so cool!! And unexpected! NVDES start their song May and June off as a French-inspired indie pop song and finish it off by giving us lounge and lei...6 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
Dennis in his Flight Costume - [image: Dennis in his Flight Costume] photo ©2010 freya najade14 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
Rio Villa Nuevo - Indang Cavite - Basically this post was supposed to be posted long ago. But oh well, better late than never! ❤ My fr7 tahun yang lalu
-
Why Trump’s Approval Ratings on the Economy Remain Durable - Despite the recession, polling data and interviews with voters and political analysts suggest that a confluence of factors are raising the president’s stan...4 tahun yang lalu
-
-
-
-
Novel : Kampung Girl - Umi Kalsom - Novel ini menduduki no 1 Carta Bestseller di POPULAR - Rujukan Akhbar Berita Harian 24 Februari 2012PERKAHWINAN diaturkan oleh keluarga? Ashraf langsung ti...12 tahun yang lalu
-
P U Y U H - P U Y U H Oleh : Dr. H. K. Suheimi Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Ungkapan itu tepat rasanya bagi puyuh. Dulu saya tak kenal dan tak...17 tahun yang lalu
-
-
Please redirect this feed - Language Log has changed servers -- please switch this feed to http://languagelog.ldc.upenn.edu/nll/?feed=rss2...16 tahun yang lalu
-
Sending Videos Home. - Jordan Salama writes for the New Yorker (archived) about Andean immigrants in New York and how they keep in touch with the folks back home; here are some e...23 jam yang lalu
-
-
-
-
-
-
-
Monthly Update - February 2015 ($1,998,602, +$28,830) - Recovering from the temporary setback in January, our net worth advanced almost $29K in the month and is now tantalizingly close to $2M. Our household b...9 tahun yang lalu
-
2010 Suzuki Kizashi Test Drive: Is This Sporty Midsize Sedan the Best Suzuki Ever? - Suzuki clearly has lofty expectations for its new Kizashi sedan, which we recently drove on the roads around the Washington/Oregon border, as well as on Po...15 tahun yang lalu
-
-
-
-
Pollo AI Introduces Multi-Model Support, Transforming AI Video Generation - Pollo AI's new multi-model support feature integrates multiple AI video models into one platform, enhancing customization and storytelling for creators.1 jam yang lalu
-
-
-
-
-
Working with The Associated Press to provide fresh results for the Gemini app - The AP will now deliver a feed of real-time information to help enhance the accuracy of results displayed in the Gemini app.55 menit yang lalu
-
NOT THIS INDEX -- USE LOWER INDEX - Fifth Street and Medley Capital slashed dividends Monday, but the outlook for investors in business development companies, or BDCs is generally pretty good...9 tahun yang lalu
-
-
-
-
Boaz Solossa - menambahkan kata agar mudah di pahami ← Revisi sebelumnya Revisi per 15 Januari 2025 15.14 Baris 62: Baris 62: }} }} '''Boaz Theofilus Erwin Solossa''...40 menit yang lalu
-
-
Untuk Semua
- www.tasapo.wordpress.com
- http://www.youtube.com/yunissasda
- http://www.syayid.blogspot.com
- http://www.fpi.or.id
- http://www.datakarir.com
- http://www.balarmedan.com
- http://suheimi.blogspot.com
- http://permesta.8m.net/sejarah.html#pra
- http://mantagisme.blogspot.com
- http://lowongankerja.com
- http://lowongan-pekerjaan.com
- http://herwandi.blog.com
- http://bloglomba.blogspot.com
- http://blog-indonesia.com
Pemberian tahu!
- Selamat kepada Nurhasni, Alumni Sastra Minangkabau Angkatan 2000 yang telah memperoleh beasiswa dari FORD FOUNDATION INTERNATIONAL FELLOWSHIPS PROGRAM DI INDONESIA , untuk melanjutkan program Masternya. Semoga selalu berjaya!
- Selamat kepada Ibu Drs. Zuriati, M. Hum sudah diterima di Universitas Indonesia untuk melanjutkan program Doktor, semoga jalannya selalu dilapangkan oleh Allah SWT.Amin!
- selamat kepada Hasanadi. SS, telah diterima di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
Blog Alternatif
-
Menggairahkan Kembali Kajian Minangkabau dan Peluang Fakultas Ilmu Budaya Unand - Oleh : Humas dan Protokol Unand Minangkabau adalah objek kajian dan perbincangan yang menarik. Bagaikan sebuah sumur yang senantiasa mengeluarkan air, kaji...11 tahun yang lalu
-
NHK Cari Wartawan, Penyiar, Produser! - NHK Jepang sedang mencari wartawan, penyiar atau produser asal Indonesia untuk bekerja di Negeri Matahari Terbit. Tertarik?17 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
-
-
Carolina Wolf: Carolina Wolves, #1 - All it takes is a spark of Grrrrl power to set the swamp on fire! Debra Henry is living the meek librarian cliche, except for the teeny hint of magic in h...5 tahun yang lalu
-
Bill Maher Chose Right - One of the reasons I look forward to Fridays in general is that they herald the upcoming weekend, and also because Bill Maher is on HBO at 10 PM. I recorde...14 tahun yang lalu
-
-
Siapakah Peneliti Melayu Yang Paling Anda Kagumi?
Label
- ARTIKEL
- BEASISWA
- Berita
- CERPEN
- Esay
- FAKTA
- http://lowongancpns.blogsome.com/2008/02/21/cpns-kpk-2008-lowongan-pegawai-negeri-sipil-komite-pemberantasan-korupsi
- http://www.bumnlogistik.com/
- info seminar internasional
- KABA
- KISAH
- LOMBA
- LOWONGAN KERJA
- makalah
- Minang Maimbau
- MOHON SUMBANGAN
- NOVEL
- OPINI
- RESENSI BUKU
- SEJARAH
- TELUSUR TOKOH
- Tradisi
- UNDANGAN MENULIS
All Media
- /www.indomedia.com
- http://aids-ina.org
- http://alumnisastra.phpnet.us
- http://alumnisastra.phpnet.us/alumni
- http://alumnisejarahunand.wordpress.com
- http://batampos.co.id
- http://beasiswaunggulan.diknas.go.id/
- http://berita.com
- http://elektro.unand.ac.id
- http://english.silatcenter.com
- http://fc01.deviantart.com/fs13/f/2007/077/2/e/Animator_vs__Animation_by_alanbecker.swf
- http://forum.wgaul.com
- http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/
- http://herwandi.blog.com
- http://home.pacific.net.id
- http://id.wikipedia.org
- http://iht.com
- http://indomart.us
- http://indonesia.islam.peperonity.com
- http://indonesia.islam.peperonity.de
- http://indonetwork.or.id
- http://informasi-karir-a.kpt.co.id
- http://jbs.bl.ac.id
- http://kamus.ugm.ac.id
- http://karamuntiang.blogspot.com
- http://lib.depperin.go.id
- http://lowongan-kerja-pekerjaan-karir-2006-2007-2008.pendidikan-online.web.id
- http://lowongan-pekerjaan.com
- http://lowongankerja.com
- http://lowonganku.blogspot.com
- http://majalah-elfata.com
- http://majalah-nikah.com
- http://majalah.leadership-park.com
- http://mardika.890m.com
- http://members.tripod.com
- http://mizan.com
- http://ndparking.com
- http://padangekspres.co.id
- http://pariaman.go.id
- http://patung.wordpress.com
- http://penulisan2u.blogspot.com/2008/06/cerpen-cermin-snow-white-alya.html
- http://pustakamaya2.dispendik.surabaya.go.id
- http://rabithah.net
- http://sandradewi.seleb.tv
- http://sasdaminangkabau.wordpress.com
- http://sasdaminangkabau.wordpress.com
- http://sastraindonesia.net
- http://sastraindonesiaunand.wordpress.com
- http://sinarpagi.cjb.ne
- http://sptc01.information.com
- http://suheimi.blogspot.com
- http://swaramuslim.ne
- http://web.bisnis.com
- http://wordpress.com/tag/indang
- http://www.airland.com
- http://www.alumnifkua.org
- http://www.an.tv
- http://www.anekayess-online.com
- http://www.annida-online.com
- http://www.antara.co.id
- http://www.asiamaya.com
- http://www.asysyariah.com
- http://www.ayunet.com
- http://www.balarmedan.com
- http://www.balipost.co.id
- http://www.bangkapos.com
- http://www.banjarmasinpost.co.id
- http://www.bernas.co.id
- http://www.binaswadaya.org
- http://www.bintang.com
- http://www.bolanews.com
- http://www.budpar.go.id
- http://www.bukabuku.com
- http://www.bumnlogistik.com/
- http://www.chip.co.id
- http://www.cimbuak.net
- http://www.datakarir.com
- http://www.depag.go.id
- http://www.depdagri.go.id
- http://www.dephub.go.id
- http://www.depkominfo.go.id
- http://www.deplu.go.id
- http://www.deplu.go.id
- http://www.detik.com
- http://www.dikti.go.id
- http://www.endonesia.com
- http://www.endonesia.com
- http://www.femina-online.com
- http://www.forum.co.id
- http://www.forumlingkarpena.net
- http://www.fpi.or.id
- http://www.gadis-online.com
- http://www.gamamedia.co.uk
- http://www.gatra.com
- http://www.gemainsani.co.id
- http://www.gnota.or.id
- http://www.go-indonesia.com
- http://www.habaib.org
- http://www.harian-global.com
- http://www.iief.or.id
- http://www.indomedia.com
- http://www.indonesian-society.com
- http://www.indosiar.com
- http://www.insideindonesia.org
- http://www.ipb.ac.id
- http://www.itb.ac.id
- http://www.jakartanet.com
- http://www.jobstreet.com
- http://www.jogja.go.id
- http://www.jtv.co.id
- http://www.jurnalperempuan.com
- http://www.kamus.net
- http://www.kapanlagi.com
- http://www.kawanku-online.com
- http://www.kellysearchasia.com
- http://www.kontan.co.id
- http://www.kpk.go.id
- http://www.kr.co.id
- http://www.kupangklubhouse.com
- http://www.lampungpost.com
- http://www.lipi.go.id
- http://www.lipi.go.id
- http://www.lpsi.org
- http://www.mail-archive.com
- http://www.majalah-alia.com
- http://www.mandiri.com
- http://www.matabaca-online.com
- http://www.mdopost.com
- http://www.melayu.com
- http://www.merahputih.com
- http://www.middleeastnews.com
- http://www.mizan.com
- http://www.nebula165.com
- http://www.netvibes.com/myunis
- http://www.newsgator.com
- http://www.newsindonesia.com
- http://www.newspapers24.com
- http://www.noor.co.id
- http://www.ortopedi.co.id
- http://www.padang.go.id
- http://www.pariaman.go.id
- http://www.pelita.or.id
- http://www.perencanakeuangan.com
- http://www.pikiran-rakyat.com
- http://www.pintunet.com
- http://www.poskota.co.id
- http://www.posmetropadang.com
- http://www.pusatbahasa.diknas.go.id
- http://www.pusatinfobeasiswa.com
- http://www.qtvonline.com
- http://www.radarbanten.com
- http://www.radarkotabumi.com
- http://www.rcti.tv
- http://www.riaupos.com
- http://www.sabili.co.id
- http://www.salaka.net
- http://www.scribd.com
- http://www.sctv.co.id
- http://www.serambinews.com
- http://www.serambinews.com
- http://www.sinarharapan.co.id
- http://www.solopos.co.id
- http://www.suarakaltim.net
- http://www.suarakarya-online.com
- http://www.suaramerdeka.com
- http://www.surya.co.id
- http://www.swa.co.id
- http://www.syayid.blogspot.com
- http://www.tabloid-wanita-indonesia.com
- http://www.tabloidnova.com
- http://www.tabloidnurani.com
- http://www.thejakartapost.com
- http://www.tni.mil.id
- http://www.tpi.tv
- http://www.transtv.co.id
- http://www.ugm.ac.id
- http://www.ui.edu
- http://www.uinjkt.ac.id
- http://www.ummi-online.com
- http://www.ums.ac.id
- http://www.unair.ac.id
- http://www.unand.ac.id
- http://www.unj.ac.id
- http://www.unpad.ac.id
- http://www.unpad.ac.id
- http://www.unud.ac.id
- http://www.usu.ac.id
- http://www.waspada.co.id
- http://www.waspada.com
- http://www.wawasandigital.com
- http://www.youtube.com/yunissasda
- http://zzz.sederet.com
- www.dikti.org
- www.hariansinggalang.co.id
- www.jawapos.com
- www.kompas.com
- www.MajalahWanita.com
- www.mediaindonesia.com
- www.melayuonline.com
- www.padangekspres.co.id
Arsip Blog
Mengenai Saya
- Musafir Kesejatian
- Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia
- SEMOGA TULISAN TERSEBUT BERMANFAT BAGI PEMBACA, DILARANG KERAS MENGUTIP BAIK KATA-KATA, MAUPUN MENCIPLAK KARYA TERSEBUT, KARENA HAL TERSEBUT ADALAH PENGHIANATAN INTELEKTUAL YANG PALING PARAH DI DUNIA INI, KECUALI MENCANTUMKAN SUMBERNYA.
Label
- ARTIKEL (51)
- BEASISWA (1)
- Berita (8)
- CERPEN (6)
- Esay (1)
- FAKTA (1)
- http://lowongancpns.blogsome.com/2008/02/21/cpns-kpk-2008-lowongan-pegawai-negeri-sipil-komite-pemberantasan-korupsi (1)
- http://www.bumnlogistik.com/ (1)
- info seminar internasional (5)
- KABA (1)
- KISAH (1)
- LOMBA (2)
- LOWONGAN KERJA (25)
- makalah (1)
- Minang Maimbau (4)
- MOHON SUMBANGAN (1)
- NOVEL (20)
- OPINI (1)
- RESENSI BUKU (1)
- SEJARAH (1)
- TELUSUR TOKOH (1)
- Tradisi (1)
- UNDANGAN MENULIS (1)
Bagimana Penilaian Anda tentang Blog ini?
Cari Blog Ini
Daftar Blog Saya
-
This Dyson cordless stick vacuum is half off right now - We recommend several Dyson models in our guide to the best cordless vacuums. While the Digital Slim isn't on the list per se, it's still an option perhap...23 menit yang lalu
-
Parsons: McCarthy's Cowboys exit 'devastating' - Cowboys pass rusher Micah Parsons expressed his disappointment with head coach Mike McCarthy's departure from the franchise, calling the development "devas...32 menit yang lalu
-
Even Harvard MBAs Are Struggling To Land Jobs - Nearly a quarter of Harvard Business School's 2024 M.B.A. graduates remained jobless three months after graduation, highlighting deepening employment chall...35 menit yang lalu
-
Bankrupt Yourself With This 500,000-Mile Bentley Continental GT - I’ve come across something we’ll likely never encounter again: a wrecked 2005 Bentley Continental GT that has been driven more than 500,000 miles. Read m...40 menit yang lalu
-
Working with The Associated Press to provide fresh results for the Gemini app - The AP will now deliver a feed of real-time information to help enhance the accuracy of results displayed in the Gemini app.55 menit yang lalu
-
Childfree people get the wrong financial advice — and they’ll be paying for it in their old age - The author of “The Childfree Guide to Life and Money” discusses why estate planning is different for people with and without children.55 menit yang lalu
-
Pollo AI Introduces Multi-Model Support, Transforming AI Video Generation - Pollo AI's new multi-model support feature integrates multiple AI video models into one platform, enhancing customization and storytelling for creators.1 jam yang lalu
-
How To Make Sure People Can’t Find You on Social Media - There are ways to keep a low profile online, even in public.1 jam yang lalu
-
France pick second-tier centre Nene as Wales opener looms - Noah Nene, who plays for second-tier side Dax, is a surprise inclusion in France's 42-strong squad for the Six Nations.1 jam yang lalu
-
Wednesday assorted links - 1. Scenario for an independent Greenland. 2. Gender gaps in the Federal Reserve System. 3. Zvi on congestion pricing in NYC. 4. A short (pronunciation) s...1 jam yang lalu
-
Starmer and Badenoch clash over economy at PMQs - The Tory leader flagged recent market turbulence and asked whether tax rises are planned in March.1 jam yang lalu
-
BMW X5 origins: The untold story behind the brand's first SUV - For its silver anniversary, we talk to those who developed BMW’s first SUV, the X5.2 jam yang lalu
-
Drake Withdraws Legal Action Accusing UMG and Spotify Of Boosting Kendrick’s ‘Not Like Us’ - Billboard - 1. Drake Withdraws Legal Action Accusing UMG and Spotify Of Boosting Kendrick’s ‘Not Like Us’ Billboard 2. Drake Withdraws UMG, Spotify Legal...3 jam yang lalu
-
Arthur C. Clarke - "At the present rate of progress, it is almost impossible to imagine any technical feat that cannot be achieved - if it can be achieved at all - within the...15 jam yang lalu
-
Sending Videos Home. - Jordan Salama writes for the New Yorker (archived) about Andean immigrants in New York and how they keep in touch with the folks back home; here are some e...23 jam yang lalu
-
The Most Toxic Substance On Earth — And The Tiny Town Volunteering To Host It - The fraught quest for a safe site to bury nuclear waste.1 hari yang lalu
-
OOO: I’ll See You Next Week - [image: a sunny and deserted stretch of beach in Tulum, Mexico] Hey folks. After a busy and productive fall & holiday season, kottke.org will be closed t...2 hari yang lalu
-
2024 Hindsight - To no-one’s surprise 2024 was the warmest year on record – and by quite a clear margin. Another year, another data point. Unlike the previous year, 2024 ...3 hari yang lalu
-
Weekend Favs January 11th - Weekend Favs January 11th written by John Jantsch read more at Duct Tape Marketing My weekend blog post routine includes posting links to a handful of to...4 hari yang lalu
-
How a Popular Post-It Note Trend Landed Me a Date - [image: Woman writing in the yellow sticky notes. Working on the table. Empty place for a important ideas, plans, memories, messages, compliments or othe...1 minggu yang lalu
-
Top 10 AI Tools That Will Transform Your Content Creation in 2025 - [image: Top 10 AI Tools That Will Transform Your Content Creation in 2025] Looking to level up your content creation game in 2025? You're in the right pla...1 minggu yang lalu
-
Pregnant Women Turned Away From ERs Despite Federal Law - An Associated Press analysis of federal hospital investigations found that more than 100 pregnant women in medical distress who sought help from emergenc...5 bulan yang lalu
-
Trump–Biden Debate Conspiracies Have Already Flooded the Internet - Republican lawmakers, right-wing media outlets and influencers, and Trump himself are pushing conspiracies about Biden’s health and the debate in general.6 bulan yang lalu
-
เว็บสล็อตที่ดีที่สุด เกมสล็อตส่งตรงจากต่างประเทศ เข้าเล่นได้ง่าย สมัครฟรี - คุณสามารถ เข้ามาใช้บริการ เว็บสล็อตที่ดีที่สุด ที่ดีที่สุด ของเรา ได้ง่ายๆ เลยในตอนนี้ด้วย รูปแบบการเข้าถึงที่ง่ายด้วย ระบบที่มีความมั่นคงที่สุด ในตอนนี้...1 tahun yang lalu
-
The paradox of insular language - We often develop slang or codewords to keep the others from understanding what we’re saying. Here’s an example (thanks BK) of the lengths that some are goi...1 tahun yang lalu
-
Investing vs. Paying Off Student Loans - The Federal Reserve reports that the average college graduate has around $35,000 of student loans—and those of you carrying such debt may find it an impe...1 tahun yang lalu
-
-
Porsche’s Next Flagship Will Be an EV Crossover - Despite hardcore motorsport enthusiasts collectively proclaiming the 911 as Porsche’s greatest model of all time, it’s presently being outsold by the all...2 tahun yang lalu
-
News Post: Underground Tour - Tycho: When I was pulling up our Gran Turismo 7 video to link it, I ended up skipping through a few parts of it to appreciate just how otherworldly some as...2 tahun yang lalu
-
-
Before history devolves into mythology: 2020’s best books on World War II - Historians grapple with the grimmest, toughest questions surrounding the war, about culpability, morality, and demagoguery during a fraught time.4 tahun yang lalu
-
Yogurt Cake Recipe - Buy Clotilde's latest book, The French Market Cookbook! Gâteau au yaourt Maxence is a big advocate of the adage “if it ain’t broke don’t fix it”. In othe...4 tahun yang lalu
-
NPR News: 03-20-2020 3PM ET -4 tahun yang lalu
-
Emily Echols: Baking by Sense and Memory - With each pecan pie and batch of molasses cookies, Emily Echols hones the baking skills she learned from her elders. Ms. Echols believes baking is an exp...5 tahun yang lalu
-
How the pursuit of one European peak gave rise to modern mountaineering - Climbers reached the Matterhorn's summit in 1865—then tragedy struck.5 tahun yang lalu
-
The complete oral history of TiVo and TiVo's core problem - A couple weeks ago, I did an hour long interview with the writer of "The Definitive Oral History of TiVo" and he used a few quotes of mine in the storytell...5 tahun yang lalu
-
Aston Martin falls 5% in its London IPO - Aston Martin is joining the ranks of listed automakers with an IPO that values the British company at more than $5 billion.6 tahun yang lalu
-
Listen To This: Eyes On You! - This is so cool!! And unexpected! NVDES start their song May and June off as a French-inspired indie pop song and finish it off by giving us lounge and lei...6 tahun yang lalu
-
Do We Want A Society Built On The Architecture of Dumb Terminals? - The post Do We Want A Society Built On The Architecture of Dumb Terminals? appeared first on John Battelle's Search Blog. God, “innovation.” First banali...6 tahun yang lalu
-
Needed: Info on Biodiversity Change Over Time - Understanding an ecosystem means following changes in the abundances and identities of the species present as the clock ticks. The BioTIME database should ...6 tahun yang lalu
-
Gravity signals could speedily warn of big quakes and save lives - The trick lies in capturing the weak gravitational shifts in the ground.7 tahun yang lalu
-
Looks Like Apple Isn't Kidding Around With Its Media Ambitions - Apple lands a huge name for its new content venture. But is the biggest company in the world playing it too safe?7 tahun yang lalu
-
Go On Till You Come to the End; Then Stop - Go On Till You Come to the End; Then Stop ScienceBlogs is coming to an end. I don't know that there was ever a really official announcement of this, but t...7 tahun yang lalu
-
Ten Times a Backup Power Bank Will Really Save the Day - *Warning*: preg_replace(): The /e modifier is no longer supported, use preg_replace_callback instead in */home/forge/content.photojojo.com/content.photojo...7 tahun yang lalu
-
Everything You Need to Know About 'Cleganebowl,' Game of Thrones' Most Hyped Fan Theory - Fan theories and the vast works of *A Song and Ice and Fire* go hand in hand, and *Game of Thrones* has spent the last couple of years bringing a few of ...7 tahun yang lalu
-
How Things Work - Gawker.com is shutting down today, Monday 22nd August, 2016, some 13 years after it began and two days before the end of my forties. It is the end of an ...8 tahun yang lalu
-
Groundhog Day - Today is Groundhog Day, a North American festival which reckons that "if a groundhog emerges from its burrow on this day and fails to see its shadow becaus...8 tahun yang lalu
-
R.I.P. Defamer, 2004-2015 - Here lies Defamer, a Hollywood gossip site launched by Gawker Media in 2004 and maintained, with varying degrees of effort and resources, until 2015. Its...9 tahun yang lalu
-
Coming Soon: Eatymology: The Dictionary of Modern Gastronomy - It's been a very long time since I've updated this site. But, I do have some news to share. After going down the rabbit hole that was Ruth Bourdain and a s...9 tahun yang lalu
-
NINJOKES: The Broken Heart - NINJOKES: The Broken Heart The Ninja glass punches, ankle kicks and hair flips his way through the best bad jokes you've ever heard. Thanks to https://w...9 tahun yang lalu
-
-
Monthly Update - February 2015 ($1,998,602, +$28,830) - Recovering from the temporary setback in January, our net worth advanced almost $29K in the month and is now tantalizingly close to $2M. Our household b...9 tahun yang lalu
-
NOT THIS INDEX -- USE LOWER INDEX - Fifth Street and Medley Capital slashed dividends Monday, but the outlook for investors in business development companies, or BDCs is generally pretty good...9 tahun yang lalu
-
-
To the Sea - The Beaches in Toronto. This is it. Ten years worth of daily images is over. I don't know how to thank you for supporting me over the years. It's been a ch...11 tahun yang lalu
-
A final farewell - Thank you for stopping by. Today, we powered down Google Reader. We understand you may not agree with this decision, but we hope you'll come to love thes...11 tahun yang lalu
-
The Annapolis Winery, just a few miles away from the Sonoma Coast - Last month, we rented a beach house at Sea Ranch on the Sonoma Coast for a couple of days. The private road leading to the house was just on the opposite s...11 tahun yang lalu
-
Moving Day - This is the last post on our TypePad site. We've moved to our new digs, and we are bringing everything with us. If you are still reading this, then you are...12 tahun yang lalu
-
zefrank :: replay :: 03-17-07 - wiki transcript: 03-17-07 buy shirts! replay commentary! buy the songs12 tahun yang lalu
-
The Emperor's Garden - The Emperor instructed the gardener to set up the new court's garden. "I want you to plant five trees growing the Crataan fruit," the Emperor said, "Becaus...13 tahun yang lalu
-
Dennis in his Flight Costume - [image: Dennis in his Flight Costume] photo ©2010 freya najade14 tahun yang lalu
-
My greatest triumph! - Sorry. I can't resist. John Carson, a fellow runner from Canada, unearthed this photo from the archives of the Toronto Star. It's the finals of the 1500 me...14 tahun yang lalu
-
Chicken Cooked in a Pig's Bladder (Chef Eric Frechon at Daniel) - Maybe I'm crass, but when I think bladder, I think pee. When the bladder comes up in conversation, it's usually in the context of "my bladder is going to e...14 tahun yang lalu
-
Email and Social Media Marketers Helping Haiti - What’s this about. We all know of the unprecedented tragedy in Haiti. Often in situations like this we feel helpless to know what to do or who to trust whe...14 tahun yang lalu
-
Screen Door Factory Gets a New Neighbor! - There's gonna be a new car company in Delaware? Next to the screen door factory? Seriously, this is where we'da rather seen the car bailout money go -- to ...15 tahun yang lalu
-
2010 Suzuki Kizashi Test Drive: Is This Sporty Midsize Sedan the Best Suzuki Ever? - Suzuki clearly has lofty expectations for its new Kizashi sedan, which we recently drove on the roads around the Washington/Oregon border, as well as on Po...15 tahun yang lalu
-
Siena Grace - [image: Siena Grace] Our beautiful little girl was born on 09.29.09 -- a month early... weighing 4 pounds, 15 ounces. She is the sweetest, most amazing bab...15 tahun yang lalu
-
Angelina Jolie is leggy - Brad Pitt and Angelina Jolie attended the 14th Annual Critics Choice Award last night where they were nominated for various categories and basically lost ...16 tahun yang lalu
-
Please redirect this feed - Language Log has changed servers -- please switch this feed to http://languagelog.ldc.upenn.edu/nll/?feed=rss2...16 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pengikut
BlogCatalog
BlogCatalog
Sastra Minangkabau Headline Animator
SEJARAH MARXIS INDONESIA
UNIVERSITAS
-
Kolaborasi Seni Untan dan Prancis, Bakal Spektakuler!! - Universitas Tanjungpura kedatangan tamu istimewa dari Poitiers University, Prancis. Kunjungan ini bertujuan untuk berkolaborasi dalam seni, terutama pada...2 bulan yang lalu
-
UII Raih Juara Umum Semarak Apresiasi Khazanah Arab (SAHARA) 2017 di UIN Bandung - Kontingen Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih Juara Umum dalam Semarak Apresiasi Khazanah Arab (SAHARA) 2017. Even lomba tersebut diadakan ol...7 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
PENERBIT
GEDUNG KESENIAN DAN TEATER
LEMBAGA BAHASA DAN PUSAT KEBUDAYAAN
PERPUSTAKAAN
Para Tokoh
LOVE
Al-Qur'an dan Al-Hadist
Departemen Indonesia
-
Reunifikasi - *oleh:Romal * ------------------------------ Nias, Senin, 26 Desember 2016, Reunifikasi orangtua dan 2 orang anak inisial BS dan CH bertempat di Kantor B...8 tahun yang lalu
-
Tim Gabungan akan Atur Keadilan Harga Beli Listrik - JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, hadir sebagai pembicara utama dalam Diskusi Akhir Tahun Ketenagalistrikan: Kinerj...8 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
More site
- http://alumnisastra.phpnet.us/alumni
- http://alumnisejarahunand.wordpress.com
- http://beasiswa.kpt.co.id/_a.php?_a=beasiswa&info1=1
- http://elektro.unand.ac.id
- http://groups.google.com/group/google-reader-help
- http://groups.google.com/group/google-reader-help
- http://id.wikipedia.org/wiki/Google
- http://karamuntiang.blogspot.com
- http://maps.google.com/
- http://maps.google.com/maps/ms?msa=0&msid=117975671934224779385.00045d058bb4117b8fcae&ie=UTF8&ll=-73.627789,-67.5&spn=161.579715,360&z=0
- http://maps.google.com/maps/ms?msa=0&msid=117975671934224779385.00045d058bb4117b8fcae&ie=UTF8&ll=-73.627789,-67.5&spn=161.579715,360&z=0
- http://news.google.com/
- http://news.google.com/
- http://pariaman.go.id
- http://sasdaminangkabau.wordpress.com
- http://sastraindonesiaunand.wordpress.com
- http://translate.google.com/
- http://video.google.com/
- http://wordpress.com/tag/indang
- http://www.alumnifkua.org
- http://www.biografi-indonesia.com/ensiklopedi/h/hamka/index.shtml
- http://www.deplu.go.id
- http://www.iief.or.id
- http://www.melayu.com
- http://www.pusatinfobeasiswa.com/
- www.melayuonline.com
LABEL
- ARTIKEL
- LOWONGAN KERJA
- NOVEL
- Berita
- CERPEN
- info seminar internasional
- Minang Maimbau
- LOMBA
- BEASISWA
- Esay
- FAKTA
- KABA
- KISAH
- MOHON SUMBANGAN
- OPINI
- RESENSI BUKU
- SEJARAH
- TELUSUR TOKOH
- Tradisi
- UNDANGAN MENULIS
- http://lowongancpns.blogsome.com/2008/02/21/cpns-kpk-2008-lowongan-pegawai-negeri-sipil-komite-pemberantasan-korupsi
- http://www.bumnlogistik.com/
- makalah
Tan Malaka
1897 - 1949
1921 SI Semarang dan Onderwijs
1925 Menuju Republik Indonesia (Naar de 'Republiek Indonesia')
1926 Semangat Muda
1943 Madilog
1945 Manifesto Jakarta
1946 Thesis
1948 Islam Dalam Tinjauan Madilog
Pandangan HidupKuhandel di Kaliurang
GERPOLEK (GERilya - POLitik - EKonomi)
Proklamasi 17-8-1945, Isi dan Pelaksanaannya
Tan Malaka (1921)
Sumber: Yayasan Massa, terbitan tahun 1987
Kontributor: Diketik oleh Abdul, ejaan diedit oleh Ted Sprague (Juni 2007)
Kekuasaan Kaum – Modal Berdiri atas didikan yang berdasar kemodalan.
Kekuasaan Rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan didikan kerakyatan.
Kata Pengantar Penerbit
Lagi sebuah buku kecil (brosur) Tan Malaka berjudul “SI Semarang dan Onderwijs”, yang ejaan lama telah kita sesuaikan dengan ejaan baru, dan juga telah kita tambah dengan daftar arti kata-kata asing hal 34-36.
Brosur ini diterbitkan di
Dalam hal merintis pendidikan untuk Rakyat miskin pada zaman penjajahan Belanda itu, tujuan utama adalah usaha besar dan berat mencapai Indonesia Merdeka. Tan Malaka berkeyakinan bahwa “Kemerdekaan Rakyat Hanyalah bisa diperoleh dengan DIDIKAN KERAKYATAN” menghadapi “Kekuasan Kaum Modal yang berdiri atas DIDIKAN YANG BERDASARKAN KEMODALAN”.
Jadi, usaha Tan Malaka secara aktif ikut merintis pendidikan kerakyatan adalah menyatu dan tidak terpisah dari usaha besar memperjuangkan kemerdekaan sejati Bangsa dan Rakyat
Untuk sekedar mengetahui latar-belakang mengapa Tan Malaka sebagai seorang pejuang besar dan revolusioner itu sadar dan dengan ikhlas terjun dalam dunia pendidikan pergerakan Islam seperti Sarekat Islam ? Tidak lain karena keyakinannya bahwa kekuatan pendorong pergerakan
Seluruh kekuatan Rakyat ini harus dihimpun dan disatukan untuk menumbangkan kolonialisme Belanda di Tanah Air kita. Persatuan ini harus di tempat di kawah candradimukanya perjuangan menumbangkan kolonialisme dan imperialisme. Inilah mengapa Tan Malaka pun tidak ragu-ragu dan secara ikhlas terjun dalam dunia pendidikan masyarakat Islam. Dalam lingkungan pendidikan Serikat Islam yang merupakan pergerakan rakyat yang hebat pada waktu itu. Jangan pula dilupakan bahwa usia Tan Malaka pada waktu itu masih sangat muda.
Memasuki ISI dari karya pendek Tan Malaka ini, dikemukakan oleh Tan Malaka TIGA TUJUAN pendidikan dan kerakyatan sebagai berikut :
1. Pendidikan ketrampilan/Ilmu Pengetahuan seperti : berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa dsb. Sebagai bekal dalam penghidupan nanti dalam masyarakat KEMODALAN.
2. Pendidikan bergaul/berorganisasi serta berdemokrasi untuk mengembangkan kepribadian yang tangguh, kepercayaan pada diri sendiri, harga diri dan cinta kepada rakyat miskin.
3. Pendidikan untuk selalu berorientasi ke bawah.
Si Kromo, si-Marhaen, si-Murba tanpa memandang kepercayaan agama, keyakinan dan kedudukan mereka, dalam hal ini termasuk golongan-golongan rakyat miskin lainnya.
Ketiga TUJUAN pendidikan kerakyatan tersebut telah dirintis oleh Tan Malaka dan para pemimpin Rakyat lainnya seperti Ki Hajar Dewantara, Muhammadiyah, pesantren-pesantren Nahdatul Ulama, SI dsb. Semua usaha, pengorbanan mereka itu tidak sedikit sahamnya dalam Pembangunan Bangsa/National Building dan dalam membangkitkan semangat perjuangan memerdekakan Rakyat
Akhir kata dikutip di bawah ini ucapan tokoh besar pergerakan kemerdekaan dan pemimpin besar Presiden Amerika Serikat ABRAHAM LINCOLN sebagai berikut :
“WE MUST FIRST KNOW WHAT WE ARE, WHERE WE ARE AND WHERE WE ARE GOING, BEFORE SAYING WHAT TO DO AND HOW TO DO IT”
”Pertama-tama harus diketahui Apa kita, dan Dimana Kita serta Kemana Kita akan pergi, sebelum mengatakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukanya”.
Penerbit,
Yayasan Massa, 1987